Topi Anyaman Bambu, Ikon Cisoka yang Mati Perlahan di Tengah Janji “Cisoka Berbudaya”
Table of Contents
STCPOS.ID | Di tengah lantangnya slogan “Cisoka Berbudaya” yang sering digembar-gemborkan pemerintah atau dinas terkait, kenyataan di lapangan justru menampar nurani. Ikon budaya khas daerah ini — topi anyaman bambu — kini nyaris punah, ditinggalkan para perajinnya yang kehilangan semangat karena tidak pernah lagi merasakan sentuhan perhatian dari pemerintah, Jum'at (7/11/25).
Hasil penelusuran awak media stcpos.id di Desa Bojongloa, Kecamatan Cisoka, menemukan fakta getir: Tumpukan anyaman yang dulu ramai kini tinggal cerita.
Di antara rerimbun bambu yang sepi, hanya Ibu (S), perajin tua yang masih bertahan, berjuang sendiri mempertahankan tradisi yang diwariskan turun-temurun.
“Dulu banyak yang bikin topi begini, tapi sekarang sudah pada berhenti. Tidak ada pembinaan, tidak ada bantuan, tidak ada yang datang nanya kabar,” ungkap Ibu (S) dengan nada getir, sambil menunjukkan gulungan anyaman yang belum sempat diselesaikan.
Padahal, dalam data tercatat adanya anggaran bantuan sosial (bansos) untuk pemberdayaan masyarakat dan perajin topi anyaman bambu.
Bahkan, nominalnya mencapai Rp 100 juta untuk kegiatan bertajuk “Peningkatan Efektivitas Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat di Wilayah Kecamatan Cisoka”. Namun, fakta di lapangan menunjukkan hal yang jauh berbeda.
Diduga Tak satu pun perajin di desa bojongloa yang mengetahui keberadaan bantuan tersebut, apalagi merasakan manfaatnya.
“Kalau ada bantuan, kami tidak tahu. Tidak pernah ada yang kasih kabar ke sini,” tambah Ibu (S).
Ironisnya, pihak pemerintah kerap menonjolkan identitas “topi anyaman bambu” sebagai bagian dari citra budaya lokal dalam berbagai kegiatan seremonial dan publikasi resmi.
Namun di balik itu, para penjaga warisan budaya ini justru dibiarkan berjuang sendiri — tanpa perhatian, tanpa pembinaan, dan tanpa penghargaan.
Jika kondisi ini terus dibiarkan, bukan tidak mungkin topi anyaman bambu — simbol kerja keras dan kearifan lokal Cisoka — akan benar-benar punah. Dan jika itu terjadi, maka yang tersisa hanyalah slogan kosong yang terus digaungkan dari balik meja kantor pemerintahan
Hingga berita ini di tayangkan, redaksi stcpos.id belum mendapat keterangan resmi dari pihak terkait. (*/Jamal)
