Madu dari Nepal, Pernah Digunakan Sebagai Senjata Perang Zaman Kuno

Table of Contents
Ilustrasi madu Nepal
STCPOS.ID | Siapa yang tidak suka madu? Rasanya manis, menyehatkan, dan bisa digunakan untuk makanan hingga perawatan tubuh. 

Namun, tidak semua madu sama. Di Nepal dan Turki, ada jenis madu unik yang dijuluki “Madu Gila” atau Mad Honey.

Harganya selangit, mencapai sekitar 360 dolar per kilogram di pasar gelap Asia. Berbeda dari madu biasa, Madu Gila berwarna kemerahan, rasanya pahit, dan dikenal karena efek halusinogennya.

Madu ini diproduksi oleh Apis laboriosa, lebah madu Himalaya yang ukurannya terbesar di dunia. Sifat “gila” dari madu ini berasal dari zat bernama grayanotoksin, racun alami yang terdapat dalam bunga rhododendron, tanaman yang menjadi sumber utama nektar lebah di pegunungan tinggi Nepal.

Madu Jadi Senjata Perang di Sejarah Zaman Kuno

Salah satu catatan paling awal tentang penggunaan dan khasiat Madu Gila ditulis dalam Anabasis, karya Xenophon, filsuf sekaligus pemimpin militer Yunani dari Athena.

Pada 401 SM, ia memimpin pasukan besar tentara bayaran yang dikenal sebagai Sepuluh Ribu dalam ekspedisi menuju Babilonia. 

Meski gagal merebut kota itu, Xenophon mencatat banyak peristiwa penting sepanjang perjalanan, termasuk kejadian unik saat pasukannya melintasi wilayah Trabzon, Turki. 

Di sana, mereka menemukan sarang lebah liar dan memakannya dalam jumlah banyak. Tak lama kemudian, para prajurit jatuh sakit parah—muntah, diare, bahkan “kehilangan akal sehat” hingga tak mampu berdiri atau berjalan.

Malam itu mereka terkapar tak berdaya, namun keesokan harinya pulih sepenuhnya tanpa ada korban jiwa. Hingga kini, tidak jelas apakah mereka pernah mengetahui penyebab sarang lebah tersebut membuat mereka sakit.

Berabad-abad kemudian, kisah serupa muncul, kali ini melibatkan pasukan Romawi. Pada 67 SM, mereka tengah mengejar Raja Mithridates VI, penguasa Pontus.

Mengetahui hal itu, Mithridates merancang siasat licik dengan memanfaatkan Madu Gila. Pot-pot berisi madu sengaja ditinggalkan di jalan. 

Prajurit Romawi yang menemukannya langsung melahap tanpa curiga, lalu jatuh sakit berat, sama seperti yang dialami pasukan Sepuluh Ribu.

Saat kondisi mereka melemah, pasukan Mithridates menyerang dan menewaskan lebih dari seribu prajurit. Peristiwa ini tercatat sebagai salah satu contoh awal penggunaan senjata biologis dalam peperangan.